A. Pernyataan Sikap " Malam Keprihatinan dan Doa Bersama untuk Ruyati"
Kawan-kawan sekalian, berita tragis kembali datang dari negeri seberang yang menimpa saudara-saudara kita Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Salah seorang TKI yang bekerja di Arab Saudi, Ruyati binti Sapubi, dipancung Sabtu kemarin, 18 Juni 2011 karena dituduh telah membunuh keluarga majikannya, Khairiyah Majlad. Pemancungan pada TKW Ruyati binti Sapubi, versi lain menyebut Ruyati binti Saboti Saruna, saat ini melahirkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarganya, namun juga seluruh rakyat Indonesia. Ruyati sendiri menurut data dari Migrant Care adalah orang ke-28 yang menjalani hukuman pancung di Arab Saudi.
Tragisnya, pemancungan terhadap Ruyati ini tidak berselang lama dengan pidato Presiden SBY di Sidang ILO ke-100 pada 14 Juni lalu tentang sudah berjalannya mekanisme perlindungan pada tenaga kerja Indonesia (TKI). Namun angina segar itu sontak lenyap dengan datangnya kabar TKI Ruyati binti Sapubi yang telah dihukum pancung di Saudi Arabia. Peristiwa tersebut jelas memperlihatkan bahwa apa yang dipidatokan oleh Presiden SBY di ILO tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada di lapangan.
Eksekusi mati terhadap Ruyati binti Sapubi ini juga menggambarkan bagaimana terjadi politik pembiaran terhadap nasib Buruh Migran, walaupun sebenarnya Migrant CARE telah menyampaikan perkembangan kasus Ruyati ini ke Pemerintah Indonesia sejak bulan Maret. Apalagi dalam kasus Ruyati ini, masyarakat tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menangani kasus tersebut. Dan politik pembiaran ini Rezim SBY ini tentunya sudah sering kita ketahui bersama pada kasus penyiksaan Sumiati, terlantarnya 200 keluarga TKI di arab Saudi, kasus Darsem yang saat ini juga di ancam hukuman mati, eksekusi mati terhadap Yanti Iriyanti, PRT migran Indonesia asal Cianjur yang juga tidak pernah diketahui oleh publik.
Kasus Ruyati dan para Buruh Migran Indonesia lainnya tersebut semakin menggambarkan bagaimana Rezim neoliberal SBY-Boediono hanya memanfaatkan dan mengeksplotasi keberadaan para Buruh Migran ini. Mereka hanya di ambil Devisanya, tapi nasibnya tidak serius di perhatikan oleh pemerintah. Padahal para Buruh Migran yang bekerja di Luar negeri sebenarnya juga merupakan konsekuensi dari kegagalan Rezim SBY dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Hal itu sendiri tidak terlepas penerapan Agenda-agenda Neoloiberalisme (Penjajahan Gaya baru) oleh Rezim SBY, yang konsekuensinya banyak menimbulkan penggusuran tanah-tanah rakyat, PHK Massal, Pengangguran dll.
Maka itulah, berdasarkan gambaran kondisi diatas, kami dari Forum Advokasi Mahasiswa (FAM) Unair menyatakan sikap :
Surabaya, 20 Juni 2011
Hormat kami,
Humas FAM Unair,
Yogie Gavrilla Manajemen Perbankan 083874030550
Albertus Beny Farmasi 085732584042
Kawan-kawan sekalian, berita tragis kembali datang dari negeri seberang yang menimpa saudara-saudara kita Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Salah seorang TKI yang bekerja di Arab Saudi, Ruyati binti Sapubi, dipancung Sabtu kemarin, 18 Juni 2011 karena dituduh telah membunuh keluarga majikannya, Khairiyah Majlad. Pemancungan pada TKW Ruyati binti Sapubi, versi lain menyebut Ruyati binti Saboti Saruna, saat ini melahirkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarganya, namun juga seluruh rakyat Indonesia. Ruyati sendiri menurut data dari Migrant Care adalah orang ke-28 yang menjalani hukuman pancung di Arab Saudi.
Tragisnya, pemancungan terhadap Ruyati ini tidak berselang lama dengan pidato Presiden SBY di Sidang ILO ke-100 pada 14 Juni lalu tentang sudah berjalannya mekanisme perlindungan pada tenaga kerja Indonesia (TKI). Namun angina segar itu sontak lenyap dengan datangnya kabar TKI Ruyati binti Sapubi yang telah dihukum pancung di Saudi Arabia. Peristiwa tersebut jelas memperlihatkan bahwa apa yang dipidatokan oleh Presiden SBY di ILO tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada di lapangan.
Eksekusi mati terhadap Ruyati binti Sapubi ini juga menggambarkan bagaimana terjadi politik pembiaran terhadap nasib Buruh Migran, walaupun sebenarnya Migrant CARE telah menyampaikan perkembangan kasus Ruyati ini ke Pemerintah Indonesia sejak bulan Maret. Apalagi dalam kasus Ruyati ini, masyarakat tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menangani kasus tersebut. Dan politik pembiaran ini Rezim SBY ini tentunya sudah sering kita ketahui bersama pada kasus penyiksaan Sumiati, terlantarnya 200 keluarga TKI di arab Saudi, kasus Darsem yang saat ini juga di ancam hukuman mati, eksekusi mati terhadap Yanti Iriyanti, PRT migran Indonesia asal Cianjur yang juga tidak pernah diketahui oleh publik.
Kasus Ruyati dan para Buruh Migran Indonesia lainnya tersebut semakin menggambarkan bagaimana Rezim neoliberal SBY-Boediono hanya memanfaatkan dan mengeksplotasi keberadaan para Buruh Migran ini. Mereka hanya di ambil Devisanya, tapi nasibnya tidak serius di perhatikan oleh pemerintah. Padahal para Buruh Migran yang bekerja di Luar negeri sebenarnya juga merupakan konsekuensi dari kegagalan Rezim SBY dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Hal itu sendiri tidak terlepas penerapan Agenda-agenda Neoloiberalisme (Penjajahan Gaya baru) oleh Rezim SBY, yang konsekuensinya banyak menimbulkan penggusuran tanah-tanah rakyat, PHK Massal, Pengangguran dll.
Maka itulah, berdasarkan gambaran kondisi diatas, kami dari Forum Advokasi Mahasiswa (FAM) Unair menyatakan sikap :
- Ikut Berduka Cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya kawan Ruyati setelah mendapat hukuman pancung dari pemerintah Arab Saudi.
- Mengecam Keras sikap “Diam” Pemerintah yang tidak melakukan diplomasi politik secara serius untuk menyelamatkan alm Ruyati dari hukuman Pancung.
- Rezim Neoliberal SBY-Boediono telah melakukan politik pembiaran terhadap nasib buruh migran, sehingga banyak Buruh Migran Indonesia yang menjadi korban Penyiksaan dan bahkan hingga meninggal.
- Neoliberalisme (Penjajahan Gaya Baru) adalah Musuh Bersama mahasiswa dan rakyat pekerja Indonesia, karena telah terbukti hanya mengakibatkan kemelaratan dan kesengsaraan rakyat.
Surabaya, 20 Juni 2011
Hormat kami,
Humas FAM Unair,
Yogie Gavrilla Manajemen Perbankan 083874030550
Albertus Beny Farmasi 085732584042
Tidak ada komentar:
Posting Komentar