FAM Universitas Airlangga
Kepada Yth,
Kawan-kawan Media
Di tempat.
Perihal : Pernyataan Sikap Aksi Ziarah di Makam Bung Tomo.
Wahai Pejabat Unair, Jangan sekali-sekali Melupakan Sejarah !
Kenaikan Biaya adalah Simbol Pelupaan Terhadap Sejarah Perjuangan Bangsa !
Mungkin awalnya terbersit sebuah tanya di benak kawan-kawan sekalian, kok aneh sekali aksi menuntut pembatalan kenaikan Biaya Pendidikan di Unair kok tidak di Rektorat Unair tapi malah di makam Bung Tomo salah satu tokoh perjuangan 10 November Surabaya. Barangkali juga ada yang berfikiran bahwa aksi ini terlalu berlebihan, lebih mengedepankan eksistensi di bandingkan esensi permasalahanya. Apalagi mungkin kebanyakan orang sekarang ini sudah berfikiran bahwa kasus kenaikan biaya pendidikan di Unair sudah selesai, dengan adanya skema baru biaya Sumbangan Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan (SP3) yang oleh Para Birokrasi Unair di katakan menjadikan Unair pro terhadap keluarga miskin (Gakin).
Seperti yang pernah kami sampaikan lewat beberapa kali aksi bahwa skema baru yang di keluarkan pejabat Unair itu kami menganggapnya masih tetap bermasalah. Klaim sepihak Unair yang mengatakan Unair menggratiskan Biaya pendidikan itu, kami bantah dengan aksi simbolik pelepasan 500 Balon dengan tujuan menjelaskan bahwa yang membiayai 500 mahasiswa penerima beasiswa bidik misi itu sebenarnya adalah rakyat Indonesia karena dananya berasal dari APBN. Terus bagaimana nasib ribuan calon mahasiswa Unair lainnya ? Pastinya akan terkena dampak kenaikan biaya itu yang nominalnya dari jutaan, puluhan hingga ratusan juta. Hal itulah salah satu alasan yang membuat kami berkeyakinan bahwa persoalan kenaikan biaya SP3 belumlah selesai, apalagi sampai detik ini pun kita semua belum tahu kebenaran dari klaim defisit keuangan yang selama ini di katakana oleh pejabat Universitas Airlangga.
Terkait dengan lokasi aksi di Makam Bung Tomo sendiri, Ya ! memang kami mengakui secara langsung tidak ada hubunganya antara kenaikan biaya pendidikan di Unair dengan sejarah perjuangan Bung Tomo dan para pejuang lainnya seperti Soemarsono, Ruslan Abdul Gani, Ruslan Widjajasastra, Dr Moestopo, Laskar Tukang Becak, Buruh, Hizbullah, Maling, Rakyat Surabaya dan Jawa Timur yang rela mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari usaha penjajahan kembali tentara Sekutu. Sehingga kami menganggapnya wajar-wajar saja, bila aksi simbolik ini ada yang mengatakan berlebihan dan tidak berhubungan erat dengan kasus kenaikan biaya pendidikan yang sekarang terjadi di kampus kami, Universitas Airlangga.
Namun demikian, menurut kami sesungguhnya secara tidak langsung kenaikan biaya pendidikan yang terjadi di Unair ini berhubungan erat dengan sejarah perjuangan kaum kemerdekaan dulu. Tentunya kita telah banyak mengetahui bahwa kenaikan biaya pendidikan di Unair (sebagaimana saat ini juga terjadi di berbagai kampus di Indonesia) tidak terlepas dari program liberalisasi dunia pendidikan Indonesia yang merupakan rekomendasi dari lembaga keuangan dan perdagangan Internasional, yaitu International Monetary Fund (IMF), Worl Bank, Asian Development Bank (ADB) dan World Trade Organization (WTO). Melalui lembaga-lembaga itulah, tangan-tangan tak terlihat dari negara-negara kapitalis asing memaksa pemerintah negara-negara dunia ketiga menerima rekomendasi liberalisasi pendidikan, yang hasilnya telah terlihat berujung dengan adanya komersialisasi pendidikan.
Di sinilah esensi dari aksi simbolik yang kami lakukan di makam Bung Tomo. Aksi kami ini bukanlah sebuah bentuk rengekan atau aduan kami kepada para pejuang kemerdekaan dan khususnya Bung Tomo, namun sebuah aksi simbolik untuk mengingatkan kembali para dosen dan pejabat Unair, yang menurut kami telah lupa terhadap cita-cita pejuang kemerdekaan dulu. Oleh karena mereka kini menggadaikan kampus Unair yang ikut menjadi saksi bisu kisah perjuangan Arek-arek Surabaya, Rakyat Jawa Timur dan Indonesia, ke tangan pemodal asing. Sekali lagi, kita juga harus ingat betul bahwa Universitas Airlangga merupakan hasil nasionalisasi lembaga pendidikan belanda, NIAS dan STOVIT oleh para pejuang kemerdekaan dulu, yang secara resmi kemudian di sahkan menjadi Universitas Airlangga pada tahun 1954 oleh Presiden Soekarno. Artinya, tanpa perjuangan kaum kemerdekaan dulu yang telah rela mengorbankan nyawanya, Universitas Airlangga yang kita cintai ini pastilah tidak akan ada.
Maka itulah, dalam aksi simbolik di makam Bung Tomo ini, kami dari Forum Advokasi Mahasiswa Universitas Airlangga menyatakan sikap :
1. Mengingatkan kembali kepada segenap Pejabat dan Dosen Unair bahwa kenaikan Biaya Pendidikan merupakan Simbol Pelupaan Terhadap Sejarah Perjuangan Bangsa !
2. Menuntut Pembatan Kenaikan Biaya Pendidikan di Universitas Airlangga sebagai wujud mengembalikan Unair menjadi Kampus Rakyat Kembali.
3. Hancurkan Neoliberalisme (Penjajahan Gaya Baru) Pendidikan karena terbukti hanya membawa kesengsaraan dan kemelaratan rakyat Indonesia.
Demikian pernyataan sikap yang kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kawan-kawan sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Surabaya, 10 Juni 2011
Juru Bicara FAM Unair
Angela Sima Nariswari Mahasiswa Kedokteran Unair 08385566400
Albertus Beny Mahasiswa Farmasi Unair 085732584042
Tidak ada komentar:
Posting Komentar