Para aktifis FAM Unair membuka aksi dengan menyanyikan lagu nasional Garuda Pancasila. Sebuah lagu yang menjiwai patriotisme rakyat Indonesia untuk sedia berkorban mewujudkan kehidupan rakyat yang adil makmur sentausa.
Dalam aksi ini semua massa berlumuran cat hitam sebagai simbol matinya makna Pancasila yang telah dikhianati oleh rezim penguasa negeri ini. Massa juga menggambarkan kondisi hari ini kehidupan masyarakat dengan menuliskannya di badan yang telah di cat hitam.
Selain itu, para mahasiswa Unair ini membuat simbolisasi pemakaian topeng oleh lima orang yang menggambarkan; SBY, Boediono, Marzuki Alie, Abu Rizal Bakrie dan Rektor Unair Fasichul Lisan. Menurut mereka ke lima orang tersebut dalam kepemimpinannya tidak mencerminkan jiwa suci Pancasila.
“SBY dan Boediono telah berdosa menjerat leher rakyat dengan memeluk erat paham Neoliberalsme (penjajahan Gaya Baru), korupsi, memprivatisasi aset dan tidak menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM, Abu Rizal Bakrie telah berdosa karena membuat rakyat porong dan sekitarnya menderita selama 5 tahun karena Lumpur Lapindo. Marzuki Alie berdosa kepada rakyat Indonesia karena bersikukuh mau membangun gedung DPR yang super mahal serta Rektor Unair Fasichul Lisan berdosa karena telah mengkomersilkan pendidikan di Unair dengan menaikkan biaya pendidikan.” demikian disampaikan Humas FAM Unair, Dian Aprilia meluli sebuah rilis kepada kedaiberita.com, Rabu (01/06/11).
Dalam aksi ini juga di lakukan aksi teatrikal. Dalam aksi ini di gambarkan bagaimana elit-elit politik dan pendidikan telah mencabik-cabik dan merobek kedaulatan negara Indonesia. Rakyat yang bersikeras mempertahankan dan menjalankan jiwa atau isi revolusioner pancasila di tendang, pukuli dan di hisap oleh para pejabat negara ini. Mereka merobek kedaulatan negara dan bangsa Indonesia dengan menggadaikan Indonesia ini kepada para pemodal.. Mereka mengaku-aku seorang pancasilais, tapi sebenarnya telah membunuh dan menyimpang dari jiwa revolusioner pancasila, sebagaimana dulu di cita-citakan oleh Proklamator Bung Karno dan pejuang kemerdekaan lainnya. Ini lah yang digambarkan dalam puncak aksi dalam bentuk teatrikal tersebut yang juga di iringi oleh Intrumental Biola Angela S. Nariswari mahasiswa Kedokteran Unair yang membawakan lagu " Tanah Air Beta dan Gugur Bunga "
Berikut petikan pernyataan sikap FAM Unair dalam Momentum Peringatan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2011:
Pemerintahan SBY-Boediono telah mengkhianati Pancasila !
Mahasiswa dan Rakyat Pekerja Bersatu Hancurkan Neoliberalisme (Penjajahan Gaya Baru) !
Garuda Pancasila.. Akulah Pendukungmu..
Patriot Proklamasi.. Sedia Berkorban Untukmu..
Pancasila Dasar Negara.. Rakyat Adil Makmur Sentosa..
Pribadi Bangsaku..
Ayo maju maju.. Ayo maju maju.. Ayo maju maju..
Itulah lirik lagu Garuda Pancasila, yang mungkin masih lekat erat dalam ingatan kita bersama. Lagu tersebut mulai dari kita kecil di perdengarkan dengan satu harapan Rakyat Indonesia bisa menjadi Patriot Proklamasi yang sedia berkorban untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang adil makmur sentosa. Itu pulalah tujuan nasional Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dari ketiga point di atas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa negara Indonesia harus melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara indonesia baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Harus mewujudkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa. Serta, negara Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia dan menolak setiap bentuk penjajahan di dunia ini.
Konsep pancasila sendiri pertama kali di sampaikan pada 1 Juni 1945 oleh Bung Karno, yang kemudian memerasnya menjadi ekasila, Gotong Royong. Menurut Bung Karno "Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holobis-kuntul-baris buat kepentingan bersama. Dari semua untuk semua. Dalam buku “Revolusi belum selesai” yang berisi kumpulan pidato Bung Karno sesudah peristiwa G 30 S, Bung Karno juga banyak menyinggung masalah Pancasila ini. Menurut Bung Karno, Pancasila itu adalah anti-imperialisme dan menghendaki satu masyarakat yang adil dan makmur. Lebih jelasnya, Pancasila adalah anti-kapitalisme, Pancasila adalah anti-exploitation de l’homme par l’homme (eksploitasi, penindasan, penghisapan manusia oleh manusia yang lain), Pancasila adalah anti-exploitation de nation par nation (penindasan sebuah bangsa oleh bangsa yang lain), oleh karena di dalam Pancasila terdapat unsur keadilan sosial.
Namun sayangnya, semenjak Rezim Suharto naik ke tampuk kekuasaan tahun 1966, jiwa atau isi revolusioner dari pancasila kemudian di buang dan di singkirkan. Selama 32 tahun, rejim Orde Baru sering bersuara lantang tentang Pancasila dalam pidato atau tulisan mereka, tetapi dalam praktek menjalankan hal-hal yang sama sekali berlawanan dan bermusuhan dengan jiwa asli pancasila. Suharto bicara tinggi-tinggi soal Pancasila, tapi mereka malah mengkhianati pencetusnya dengan menggulingkan kekuasaan Soekarno sebagai presiden, menahannnya sebagai tapol, dan membiarkannya sakit parah dan wafat dalam status sebagai tahanan. Kita harus ingat pula kekuasaan Rezim Soeharto ini di bangun setelah melakukan pembantaian jutaan pendukung Bung Karno dalam peristiwa 65, penangkapan dan penahanan ratusan ribu orang selama puluhan tahun, dan diskriminasi terhadap puluhan juta orang keluarga korban 65.
Praktek penyelewengan Rejim Orde Baru itu saat ini kembali juga di lakukan oleh Rezim SBY-Boediono. Apa yang dilakukan oleh SBY sama sekali tidak mencerminkan jiwa Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rezim neoliberal SBY-Boediono saat ini memeluk erat dan menerapkan paham neoliberalisme (penjajahan gaya baru).
Hasilnya bisa kita lihat dan rasakan bersama saat ini, bagaimana negara kita sekarang terjangkiti berbagai macam persoalan. Misalnya saja, dikuasainya aset-aset dan kekayaan alam Indonesia oleh pemodal asing, Pendidikan dan Kesehatan menjadi sangat mahal, Politik Upah murah, sistem kerja kontrak dan Outsourcing menjerat kaum buruh, perampasan tanah-tanah rakyat untuk kepentingan pemodal, merajalelanya praktek korupsi, kekerasan karena alasan agama dan kesukuan, meningkatnya jumlah pengangguran, dan berbagai persoalan lainnya.
Kalau kita cermati gagasan Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Persatuan Indonesia, maka kita semua bisa melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Rezim SBY adalah betul-betul pengkhianatan terhadap Pancasila. Hanya orang-orang yang jiwanya tidak sehatlah yang masih berani dan tanpa malu mengatakan bahwa pemerintahan SBY telah mempraktekkan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Di terapkannya sistem kerja kontrak dan outsourcing yang menghisap kaum buruh, terjadinya perampasan tanah-tanah rakyat untuk kepentingan pemodal, 5 tahun rakyat porong dan sekitarnya menderita karena kasus lumpur Lapindo tidak terselesaikan, mencerminkan bagaimana jiwa pancasila ini tidak di praktekkan oleh pemerintahan SBY.
Juga hanya orang-orang yang nalarnya rusak-lah yang terus-menerus mengatakan bahwa pemerintahan SBY telah dan sedang menerapkan jiwa Kerakyatan, kalau kita ingat bahwa lembaga-lembaga negara seperti DPR, DPRD, Mahkamah Agung, kepolisian, dll dikuasai oleh orang-orang bermental korup. Dan hanya orang-orang yang imannya sesatlah yang tidak segan-segan mengatakan bahwa pemerintahan SBY menjunjung tinggi-tinggi prinsip Keadilan sosial, kalau kita saksikan bahwa selama ini sebagian terbesar rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan, sedangkan segolongan orang-orang seperti SBY, Abu Rizal Bakrie, Boediono, Tommy Suharto dan penguasaha-pengusaha besar lainnya bergelimang harta.
Perlu kita sama-sama renungkan pula bahwa Bung Karno merumuskan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dengan pengertian agama (Islam, Katolik, Kristen, budha, hindu dll) yang progresif, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang menjunjung tinggi-tinggi nilai kerakyatan dan keadilan sosial. Jadi sama sekali berlawanan dengan praktek-praktek FPI atau ajaran golongan fundamentalis lainnya yang gencar menyerang agama atau keyakinan lainnya, namun diam kala melihat perampasan tanah rakyat, penghisapan kaum buruh, saat kondisi pendidikan dan kesehatan semakin mahal. Berbeda pula dengan kecenderungan pemahaman pada satu golongan masyarakat saat ini yang membaca kalimat-kalimat Pancasila hanya menjadi : Satu, Ketuhanan yang Maha Esa; Dua, Ketuhanan yang Maha Esa; Tiga, Ketuhanan yang Maha Esa; Empat, Ketuhanan yang Maha Esa; dan Lima, Ketuhanan yang Maha Esa. Dakwah-dakwah yang diberikan tidak menyinggung sila-sila lain sesudah sila pertama, kalau menyinggung pun hanya sekedar penyumbat botol kosong: beragama dan tidak beragama berarti sembahyang. Tidak bersembahyang berarti tidak pancasilais, bisa juga anti-pancasila.
Maka itulah, dalam momentum Peringatan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni ini, kami dari Forum Advokasi Mahasiswa Universitas Airlangga menyatakan sikap :
1. Pendidikan dan Kesehatan Gratis merupakan hak dasar setiap warga negara tanpa terkecuali, dan pemerintah wajib untuk memenuhinya.
2. Hapus politik upah murah, kerja kontrak dan outsorcing yang menindas kaum buruh dan oleh karena juga bertentangan dengan prinsip kemanusian yang adil dan beradab.
3. Stop privatisasi aset-aset strategis bangsa, perampasan tanah-tanah rakyat untuk kepentingan pemodal dan praktek korupsi dalam rangka mewujudkan prinsip kerakyatan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Negara harus melindungi kebebasan setiap orang untuk beragama dan berkeyakinan sesuai keinginannya masing-masing untuk mewujudkan sila persatuan Indonesia.
5. Neoliberalisme adalah musuh bersama mahasiswa dan rakyat pekerja Indonesia, karena telah terbukti hanya mengakibatkan kemelaratan dan kesengsaraan rakyat.
Demikian Pernyataan sikap yang kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kawan-kawan media, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Surabaya, 1 Juni 2011,
Hormat kami,
Humas FAM Unair
Dian Aprilia
Mochamad Rissalah
sumber berita oleh kedaiberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar