Salam Solidaritas !
Indonesia kembali berduka, kota Ambon kembali bergolak. Hari minggu pada tanggal 12 September 2011 telah terjadi bentrokan berdarah antar kelompok masyarakat. Dalam hal ini, sampai sekarang jumlah korban meninggal yang di lansir oleh beberapa media ada 5 orang. Dari beberapa sumber, bentrokan tersebut terkait dengan kecelakaan yang terjadi pada seorang tukang ojek bernama Darkin Saimen. Nyawa tukang ojek itu kemudian tak terselamatkan sebelum sampai ke rumah sakit. Hal inilah yang menimbulkan dugaan ia sebenarnya dibunuh, bukan karena kecelakaan. Hal itu kemudian menyulut pertikaian antara dua kelompok. Mereka saling melempar batu dan merusak sejumlah fasilitas.
Kerusuhan yang kembali terjadi di kota Ambon tersebut tentunya sangat mengejutkan kita semua. Apalagi pada dasarnya, masyarakat Ambon adalah warga yang sangat mencintai perdamaian dan persatuan. Dalam hal ini, kekacauan yang terjadi di Ambon itu menunjukkan lemahnya respon dan koordinasi aparat keamanan sebelum dan sesudah terjadinya kerusuhan. Di sisi lain, selama ini ada kesan yang diciptakan dengan mengondisikan Ambon sebagai daerah konflik. Contohnya, dengan menambah jumlah pasukan, baik TNI maupun Polri dengan berbagai persenjataan beratnya. Padahal pendekatan militeristik tersebut justru semakin memanaskan situasi. Padahal kota Ambon harus dibuat damai dan sejuk dengan memaksimalkan peran tokoh-tokoh agama, adat dan masyarakat yang ada.
Dalam hal ini tentunya semua insan pers untuk berpihak kepada upaya perdamaian dan kehidupan masyarakat Ambon yang lebih baik. Agar kejadian lebih besar seperti kerusuhan Ambon tahun 1999 tidak terulang kembali. Jurnalis harus menggunakan peace journalism yang mengedepankan prinsip menghindari kekerasan, konflik, dan memegang prinsip nilai kemanusiaan. Jurnalis juga harus menyajikan foto-foto yang mampu membuat kedua kelompok yang bertikai menghentikan konflik dengan mengupayakan foto-foto yang tampil bisa meredam atau mendinginkan suasana, jangan malah dipanas-panasi dengan foto yang menggambarkan kekerasan ataupun korban kekerasan. Menampilkan sisi sikap toleransi antar kelompok dan masyarakat sehingga membangun kesadaran kolektif untuk saling menghormati demi keutuhan masyarakat di Ambon
Maka itulah, dalam Malam Renungan dan Solidaritas ini, kami menyatakan sikap :
- Bahwa ikut berduka cita sedalam-dalamnya atas jatuhnya beberapa korban jiwa akibat kerusuhan di kota Ambon.
- Menyerukan kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk melakukan pendekatan persuasif di banding pendekatan militeristik dalam menyelesaikan bentrokan warga tersebut.
- Mengimbau kepada segenap media untuk membuat pemberitaan yang mengarah pada upaya untuk membuat situasi semakin aman dan kondusif, jangan sampai sebaliknya malah memperkeruh keadaan.
- Mengharap kepada semua pihak dan seluruh rakyat Indonesia menggalang solidaritas untuk perdamaian, persatuan, dan gotong royong sehingga tidak mudah terprovokasi dalam isu SARA.
Hormat kami,
Richo Hariyono
Humas Aksi
08993883722
Penyelanggara Acara :
SBK-KP KSN “Serikat Buruh Kerakyata-Komite Persiapan Konfederasi Serikat Nasional”,
AJI “Aliansi Jurnalis Independen” Surabaya,
FAM Unair “Forum Advokasi Mahasiswa Universitas Airlangga”,
PFI “Pewarta Foto Indonesia” Surabaya,
SKMR “Serikat Kedaulatan Mahasiswa untuk Rakyat”.
Gandonge*
Hidup basudara e // jangan sampae taputus // siohhh
katong samua satu dara // baku lia laeng e
baku sayang gandong e, // sioohhh, tu adat orang maluku
satu sakit samua rasa // satu susah saling bantu,
siooo, sio gandong e // jangan karena cuma harta
katong putus tali basudara // menyasal gandong eee, siooohhh
bicara bae – bae // jang biking hati luka lai
basudara, ehhh // mari katong bakumpul
hidup orang basudara ehh // sio gandong eee
baku lia laeng e // baku sayang gandong e,
sioohhh, tu adat orang maluku // satu sakit samua rasa
satu susah saling bantu, // siooo, sio gandong e
jangan karena cuma harta // katong putus tali basudara
menyasal gandong eee, siooohhh
bicara bae – bae // jang biking hati luka lai
basudara, ehhh // mari katong bakumpul
hidup orang basudara ehh // sio gandong eee
bicara bae – bae // jang biking hati luka lai
basudara, ehhh // mari katong bakumpul
hidup orang basudara ehh // sio gandong eee
* Sebuah lagu yang kemudian di modifikasi menjadi puisi yang menceritakan perdamaian masyarakat Maluku. Di bacakan oleh Angelo Robert mahasiswa sastra Inggris Unair yang kebetulan juga merupakan keturunan Ambon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar