Sebuah Keteladanan dari kisah Jembatan Merah !
Hancurkan Neoliberalisme (Penjajahan Gaya Baru) !
SBK-KP KSN, FAM Unair, SKMR, SMI Surabaya, IKOHI Jatim
Kawan-kawan sekalian, ketika kita melihat ataupun melewati jembatan merah, mungkin akan terlihat sangat biasa seperti jembatan pada umumnya. Secara fisik memang jembatan ini tidaklah besar, bahkan seperti jembatan-jembatan lain yang sering anda temui. Mungkin timbul pertanyaan apa istimewanya jembatan merah itu. Apakah yang menjadi istimewa karena jembatannya di cat warna merah? Bukan, bukan fisiknya yang membuat jembatan ini terlihat besar, tetapi sejarahnya.
Jembatan Merah yang terbentuk atas perjanjian Paku Buwono II dari Mataram dengan VOC sejak 11 November 1743 mempunyai nilai sejarah dan politik yang tak ternilai, karena di tempat tempat tersebut salah seorang pimpinan angkatan bersenjata Inggris yang bernama Brigadir Mallaby pada tahun 1945 tewas terbunuh. Jembatan Merah memang merupakan salah satu saksi bisu yang bisa menceritakan betapa gigih dan beraninya arek-arek Suroboyo dalam perang 10 November Surabaya melawan tentara Sekutu dan NICA-Belanda yang hendak menguasai kembali Surabaya.
Maka dari itulah, sebagai rangkaian refleksi 66 tahun kemerdekaan Indonesia, kami dari Serikat Buruh Kerakyatan-Komite Persiapan Konfederasi Serikat Nasional (SBK-KP KSN), Forum Advokasi Mahasiswa Universitas Airlangga (FAM Unair), Serikat Kedaulatan Mahasiswa untuk Rakyat (SKMR), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Surabaya dan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia Jawa Timur (IKOHI Jatim) kemudian mengadakan “Ruwatan Jembatan Merah”. Acara yang kami adakan pada hari senin, 8 Agustus 2011 ini di mulai pukul 15.30-menjelang berbuka puasa dengan memakai kostum Pakaian Tempoe doloe atau Pakaian adat.
Acara ini di awali dengan Long March dari Tugu Pahlawan sampai Jembatan Merah, melakukan Musikalisasi Puisi yang bertemakan kemerdekaan, monolog tentang cerita perjuangan rakyat Surabaya pada tahun 1945 dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Larung rakit yang berisi makanan dan tabur Bunga di kali mas di bawah jembatan merah sebagai simbol penghormatan atas keberanian pejuang dulu dalam mempertahankan kemerdekaan.
Kegiatan ruwatan yang kami adakan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada seluruh rakyat Indonesia tentang sebuah cerita perjuangan anak bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia hingga harus berkorban harta dan nyawa.
Namun sayangnya, perjuangan kemerdekaan tersebut kini telah di khianati oleh elit-elit politik bangsa ini. Saat ini sama-sama bisa kita lihat bersama bagaimana elit politik kita ramai mengkorupsi uang rakyat, menggadaikan kekayaan alam Indonesia, melakukan perampasan tanah rakyat, membiarkan pendidikan dan kesehatan semakin mahal, membiarkan terjadinya perbudakan modern terhadap kaum buruh dengan adanya upah murah, kerja kontrak dan outsourcing, pembiaran terjadinya kekerasan mengatasnamakan agama serta berbagai persoalan kebangsaan lainnya.
Acara ruwatan yang kami adakan ini mungkin boleh di katakan sangat sederhana sekali dan tidak besar. Namun demikian, semoga dengan acara sederhana yang kami adakan ini sedikit akan mengingatkan kita kembali tentang cerita keberanian dan pantang mundur para pejuang kemerdekaan. Sehingga kita semua akan juga bisa mengambil pelajaran dan meneladani keberanian dari para pejuang dulu dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebuah keteladanan agar kita semua tidak takut dan mundur dalam perjuangan menghancurkan Neoliberalisme (Penjajahan Gaya Baru) yang saat ini nyata telah mencengkeraman Bumi Pertiwi.
Demikian press release acara yang kami sampaikan. Atas perhatian dan Kerjasamanya kawan-kawan media kami mengucapkan banyak terima kasih..
Surabaya, 8 agustus 2011
Hormat Kami,
Koordinator Acara
Catur wibowo
Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi kontak person kami :
Catur Wibowo 085649344780
Fikri Dwi Ramadhan 085645654565
Tidak ada komentar:
Posting Komentar